Tidak Ada yang Benar-Benar dapat Kita Curangi dalam Hidup Ini
Berbuat Jahat adalah Satu Hal, Mencoba Mencurangi
Hidup adalah Satu Hal Lainnya Lagi, alias Menjadi Dua Buah Kesalahan
Orang Dungu, Cenderung Tidak Bijaksana. Orang Cerdas,
Memilih untuk Bertanggung-Jawab Atas Perbuatan Buruknya Sendiri
Question: Ada pihak-pihak yang sudah berbuat salah, lalu menyuap polisi, aparatur penegak hukum, hingga hakim di pengadilan, agar dibebaskan dari hukuman. Bukankah artinya, orang kaya (secara materi) bisa “membeli” hukum agar bisa dibebaskan dari penghukuman? Lalu, dimana keadilan bagi pihak korban?
Brief Answer: Itulah perspektif orang dengan paradigma
berpikir khas “KORUPTOR DOSA”, seolah-olah hakim maupun Tuhan dapat disuap dengan
uang maupun “puja-puji” (lip service).
Senyatanya, tidak ada yang benar-benar dapat kita curangi dalam hidup ini. Bila
Anda boleh “mencurangi” pihak lain, maka mengapa Anda tidak boleh “dicurangi”
oleh pihak lain? Bila kita memahami cara kerja Hukum Karma, maka kita akan paham
bahwa berkelit dari kesalahan yang telah kita perbuat, adalah suatu kesia-siaan
alias delusi. Pilihan atau opsi terbaik, tetaplah bersikap penuh tanggung-jawab
dan siap berani untuk bertanggung-jawab atas setiap perbuatan baik maupun
perbuatan buruk kita sendiri.
PEMBAHASAN:
Kerugian
berkelit dari tanggung-jawabk, dapat kita pahami lewat khotbah Sang Buddha
dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang
Buddha, JILID IV”,
Judul Asli : “The Numerical Discourses of
the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012,
terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, dengan kutipan
sebagai berikut:
72 (8) Api
Demikianlah yang kudengar. Pada
suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di antara para penduduk Kosala
bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu. Kemudian, selagi berjalan di sepanjang jalan raya, di
suatu tempat Sang Bhagavā melihat api besar membakar, menyala, dan berkobar.
Beliau meninggalkan jalan raya, duduk di tempat yang telah dipersiapkan untuk
Beliau di bawah sebatang pohon, dan berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu,
apakah kalian melihat api besar yang membakar, menyala, dan berkobar itu?”
“Ya, Bhante.”
(1) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, merangkul api besar itu yang membakar,
menyala, dan berkobar, dan duduk atau berbaring di dekatnya, atau merangkul seorang
gadis dengan tangan dan kaki yang lembut – apakah dari kasta khattiya,
brahmana, atau perumah tangga – dan duduk atau berbaring di dekatnya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, merangkul seorang gadis dengan tangan dan kaki yang lembut – apakah
dari kasta khattiya, brahmana, atau perumah tangga – dan duduk atau berbaring
di dekatnya. Adalah sangat menyakitkan merangkul api besar itu yang membakar,
menyala, dan berkobar, dan duduk atau berbaring di dekatnya.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral
yang berkarakter buruk – seorang yang tidak murni dan berperilaku mencurigakan,
tindakan-tindakannya penuh kerahasiaan, bukan seorang petapa walaupun mengaku
sebagai seorang petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku selibat, busuk di
dalam, jahat, rusak – adalah jauh lebih baik merangkul api besar itu yang
membakar, menyala, dan berkobar, dan duduk atau berbaring di dekatnya. Karena
alasan apakah? Karena dengan melakukan itu [129] ia akan mengalami kematian
atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu ia tidak, dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan
yang buruk, di alam rendah, di neraka. Tetapi ketika orang tidak
bermoral itu … merangkul seorang gadis dengan tangan dan kaki yang lembut – apakah
dari kasta khattiya, brahmana, atau perumah tangga – dan duduk atau berbaring
di dekatnya, maka hal ini akan mengarah pada bahaya dan penderitaannya dalam
waktu yang lama. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir
kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka.
(2) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang mengikat seseorang
dengan tali yang terbuat dari ekor kuda di sekeliling kakinya dan
mengencangkannya sehingga mengiris kulit luarnya, kulit dalamnya, dagingnya,
uratnya, dan tulangnya, hingga mengenai sumsumnya, atau seorang yang menerima
penghormatan dari para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau perumah tangga
kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk menerima penghormatan dari para khattiya kaya,
para brahmana kaya, atau perumah tangga kaya. Adalah sangat menyakitkan jika
seorang kuat mengikatnya dengan tali yang terbuat dari ekor kuda di sekeliling
kakinya dan mengencangkannya sehingga mengiris kulit luarnya, kulit dalamnya,
dagingnya, uratnya, dan tulangnya, hingga mengenai sumsumnya.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral …
adalah jauh lebih baik jika seorang kuat mengikat dengan tali yang terbuat dari
ekor kuda di sekeliling kakinya dan mengencangkannya sehingga mengiris kulit
luarnya, kulit dalamnya, dagingnya, uratnya, dan tulangnya, hingga mengenai
sumsumnya. Karena alasan apakah? Karena dengan melakukan itu ia akan mengalami
kematian atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu ia tidak, dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan
yang buruk, di alam rendah, di neraka. [130] Tetapi ketika orang tidak
bermoral itu … menerima penghormatan dari para khattiya kaya, para brahmana
kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal ini akan mengarah pada bahaya dan
penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di
alam rendah, di neraka.
(3) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang menusuk seseorang di
dadanya dengan tombak tajam yang dilumuri minyak, atau seorang yang menerima
salam hormat dari para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau perumah tangga
kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk menerima salam hormat dari para khattiya kaya,
para brahmana kaya, atau perumah tangga kaya. Adalah sangat menyakitkan jika
seorang kuat menusuknya di dadanya dengan tombak tajam yang dilumuri minyak.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral …
adalah jauh lebih baik jika seorang kuat menusuknya di dadanya dengan tombak
tajam yang dilumuri minyak. Karena alasan apakah? Karena dengan melakukan itu
ia akan mengalami kematian atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu
ia tidak, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara,
di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Tetapi ketika
orang tidak bermoral itu … menerima salam hormat dari para khattiya kaya, para
brahmana kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal ini akan mengarah pada bahaya
dan penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di
alam rendah, di neraka.
(4) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang membungkus seseorang
dengan selembar besi panas – yang membakar, [131] menyala, dan berkobar – di
sekeliling tubuhnya, atau seorang yang menggunakan jubah yang diberikan karena
keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau para perumah tangga
kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk menggunakan jubah yang diberikan dengan keyakinan
oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau para perumah tangga kaya.
Adalah sangat menyakitkan jika seorang kuat membungkusnya dengan selembar besi
panas – yang membakar, menyala, dan berkobar – di sekeliling tubuhnya.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral …
adalah jauh lebih baik jika seorang kuat membungkus seseorang dengan selembar
besi panas – yang membakar, menyala, dan berkobar – di sekeliling tubuhnya.
Karena alasan apakah? Karena dengan melakukan itu ia akan mengalami kematian
atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu ia tidak, dengan hancurnya jasmani,
setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk,
di alam rendah, di neraka. Tetapi ketika orang tidak bermoral itu …
menggunakan jubah yang diberikan dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, para
brahmana kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal ini akan mengarah pada bahaya
dan penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di
alam rendah, di neraka.
(5) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang membuka paksa mulut
seseorang dengan sebatang paku besi besar – yang membakar, menyala, dan berkobar
– dan memasukkan bola tembaga panas - yang membakar, menyala, dan berkobar –
yang membakar bibir, mulut, lidah, tenggorokan, dan perutnya, [132] dan keluar
dari bawah membawa serta isi perutnya, atau seorang yang memakan dana makanan
yang diberikan dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya,
atau para perumah tangga kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk memakan dana makanan yang diberikan dengan
keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau para perumah tangga
kaya. Adalah sangat menyakitkan jika seorang kuat membuka paksa mulutnya dengan
sebatang paku besi besar – yang membakar, menyala, dan berkobar – dan
memasukkan bola tembaga panas … yang membakar bibir … dan keluar dari bawah
membawa serta isi perutnya.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral …
adalah jauh lebih baik jika seorang kuat membuka paksa mulutnya dengan sebatang
paku besi besar – yang membakar, menyala, dan berkobar – dan memasukkan bola
tembaga panas … yang membakar bibir … dan keluar dari bawah membawa serta isi perutnya.
Karena alasan apakah? Karena dengan melakukan itu ia akan mengalami kematian
atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu ia tidak, dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan
yang buruk, di alam rendah, di neraka. Tetapi ketika orang tidak
bermoral itu … memakan dana makanan yang diberikan dengan keyakinan oleh para
khattiya kaya, para brahmana kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal ini akan
mengarah pada bahaya dan penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan
yang buruk, di alam rendah, di neraka.
(6) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang mencengkeram seseorang
pada kepala atau bahunya [133] dan memaksanya duduk atau berbaring di atas
tempat tidur atau kursi yang terbuat dari besi panas – yang membakar, menyala,
dan berkobar – atau seorang yang menggunakan tempat tidur atau kursi yang
diberikan dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau perumah
tangga kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk menggunakan tempat tidur atau kursi yang diberikan
dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau para perumah
tangga kaya. Adalah sangat menyakitkan jika seorang kuat mencengkeramnya pada
kepala atau bahunya dan memaksanya duduk atau berbaring di atas tempat tidur
atau kursi yang terbuat dari besi panas, yang membakar, menyala, dan berkobar.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral …
adalah jauh lebih baik jika seorang kuat mencengkeramnya pada kepala atau bahunya
dan memaksanya duduk atau berbaring di atas tempat tidur atau kursi yang
terbuat dari besi panas, yang membakar, menyala, dan berkobar. Karena alasan
apakah? Karena dengan melakukan itu ia akan mengalami kematian atau kesakitan mematikan,
tetapi karena alasan itu ia tidak, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian,
terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah,
di neraka. Tetapi ketika orang tidak bermoral itu … menggunakan tempat
tidur atau kursi yang diberikan dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana
kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal ini akan mengarah pada bahaya dan
penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di
alam rendah, di neraka.
(7) “Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Manakah yang lebih baik, seorang kuat yang mencengkeram
seseorang, membalikkannya, dan melemparkannya ke dalam sebuah kuali tembaga
panas - yang membakar, menyala, dan berkobar – dan sewaktu ia sedang direbus di
sana di dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terapung, kadang-kadang tenggelam,
dan kadang-kadang terhanyutkan, atau seorang yang menggunakan tempat tinggal
yang diberikan dengan keyakinan oleh para khattiya kaya, [134] para brahmana
kaya, atau perumah tangga kaya?”
“Adalah jauh lebih baik,
Bhante, bagi seseorang untuk menggunakan tempat tinggal yang diberikan dengan
keyakinan oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau para perumah tangga
kaya. Adalah sangat menyakitkan jika seorang kuat mencengkeramnya, membalikkannya,
dan melemparkannya ke dalam sebuah kuali tembaga panas - yang membakar,
menyala, dan berkobar – dan sewaktu ia sedang direbus di sana di dalam pusaran
buih, ia kadang-kadang terapung, kadang-kadang tenggelam, dan kadang-kadang
terhanyutkan.”
“Aku beritahukan kepada kalian,
para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian bahwa bagi seorang tidak bermoral
yang berkarakter buruk – seorang yang tidak murni dan berperilaku mencurigakan,
tindakan-tindakannya penuh kerahasiaan, bukan seorang petapa walaupun mengaku
sebagai seorang petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku selibat, busuk di
dalam, jahat, rusak – adalah jauh lebih baik jika seorang kuat mencengkeramnya,
membalikkannya, dan melemparkannya ke dalam sebuah kuali tembaga panas - yang
membakar, menyala, dan berkobar – sehingga sewaktu ia sedang direbus di sana di
dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terapung, kadang-kadang tenggelam, dan kadang-kadang
terhanyutkan. Karena alasan apakah? Karena dengan melakukan itu ia akan
mengalami kematian atau kesakitan mematikan, tetapi karena alasan itu ia tidak,
dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam sengsara,
di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Tetapi ketika orang
tidak bermoral itu … menggunakan tempat tinggal yang diberikan dengan keyakinan
oleh para khattiya kaya, para brahmana kaya, atau perumah tangga kaya, maka hal
ini akan mengarah pada bahaya dan penderitaannya dalam waktu yang lama. Dengan
hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di
alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka.
“Oleh karena itu, para bhikkhu,
kalian harus berlatih sebagai berikut: ‘Ketika kami menggunakan jubah, dana
makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit, pelayanan-pelayanan
ini yang diberikan [oleh orang lain] untuk kami akan berbuah dan bermanfaat
besar bagi mereka, dan pelepasan keduniawian kami tidak akan mandul, melainkan
berbuah dan subur.’ Demikianlah kalian harus berlatih. Dengan mempertimbangkan
kebaikan kalian, para bhikkhu, cukuplah itu untuk berusaha mencapai tujuan
dengan kewaspadaan; dengan mempertimbangkan kebaikan orang lain,
[135] cukuplah itu untuk berusaha mencapai tujuan dengan kewaspadaan; dengan
mempertimbangkan kebaikan keduanya, cukuplah itu untuk berusaha mencapai
tujuan dengan kewaspadaan.”
Ini adalah apa yang dikatakan
oleh Sang Bhagavā. Sekarang selagi pembabaran ini sedang disampaikan, enam
puluh bhikkhu memuntahkan darah panas. Enam puluh bhikkhu menghentikan latihan
dan kembali kepada kehidupan rendah, dengan mengatakan: “Adalah sulit dilakukan,
Bhagavā, sangat sulit dilakukan.” Dan pikiran enam puluh bhikkhu
terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
{Versi terjemahan lain membahas
paragraf ini secara lebih lengkap sebagai berikut: “Para bhikkhu yang memuntahkan darah panas telah melakukan pelanggaran
pārājika. Mereka yang kembali ke kehidupan awam telah di sana-sini melakukan
pelanggaran-pelanggaran pada aturan-aturan latihan kecil dan minor. Dan mereka yang
mencapai Kearahattaan telah memurnikan perilaku mereka. Khotbah Sang Guru
berbuah untuk ketiga kelompok itu. [Pertanyaan:] Dapat diterima bahwa hal itu
berbuah bagi mereka yang mencapai Kearahattaan, tetapi bagaimana hal itu
berbuah bagi yang lainnya? [Jawab:] Karena jika mereka tidak mendengar khotbah ini,
[kelompok pertama] akan menjadi lengah dan tidak mungkin meninggalkan kondisi
mereka. Perilaku jahat mereka akan meningkat dan menarik mereka jatuh ke
alam sengsara. Tetapi ketika mereka mendengar khotbah ini, mereka menjadi
didorong oleh suatu keterdesakan. Setelah meninggalkan kondisi mereka,
beberapa menjadi sāmaṇera, yang memenuhi sepuluh peraturan, menekuni pengamatan seksama, dan
menjadi pemasuk-arus, yang-kembali-sekali, atau yang-tidak-kembali, sementara
beberapa lainnya terlahir kembali di alam deva. Demikianlah hal itu berbuah
bahkan untuk mereka yang telah melakukan pārājika. Jika yang lainnya tidak mendengar
khotbah ini, seiring berlalunya waktu, mereka (menjadi lengah dan) perlahan-lahan
akan melakukan saṅghādisesa atau pārājika. Mereka akan dapat terlahir kembali di alam
sengsara dan mengalami penderitaan hebat. Tetapi setelah mendengar khotbah ini,
dengan berpikir bahwa mereka tidak dapat memenuhi praktik seumur hidup mereka,
maka mereka meninggalkan latihan dan kembali ke kehidupan awam. Mereka menjadi
kokoh dalam tiga perlindungan, menjalankan lima aturan, memenuhi tugas seorang
umat awam, dan menjadi para pemasuk-arus, yang-kembali-sekali, atau
yang-tidak-kembali, sementara beberapa lainnya terlahir kembali di alam deva. Demikianlah
khotbah ini berbuah untuk mereka juga.”]