Kita Tidak Benar-Benar Butuh Penilaian Orang Lain, sebuah Puisi

 HERY SHIETRA, Kita Tidak Benar-Benar Butuh Penilaian Orang Lain, sebuah Puisi

Ketika ada seseorang yang membuat komentar melecehkan dan merendahkan,

I don’t care.

Saya tidak butuh komentar mereka.

Ketika ada seseorang yang tampaknya tidak mendukung kita,

I don’t care.

Saya tidak butuh izin dari mereka.

Ketika seseorang mencoba untuk memaksa kita,

I don’t care.

Saya individu yang bebas dan merdeka,

Bukan bangsa ataupun individu jajahan siapapun.

Ketika seseorang bersikap seolah-olah kita tidak punya pilihan lain,

I don’t care.

Saya punya pilihan bebas,

Dan selalu punya opsi alternatif untuk dipilih.

Ketika seseorang berkelit dan balik menuduh kita,

I don’t care.

Saya punya pikiran untuk menilai dan membuat penilaian sendiri.

Ketika seseorang berupaya untuk memanipulasi dan mengendalikan kita,

I don’t care.

Saya punya pikiran untuk memutuskan sendiri.

Ketika seseorang tampak mengatur-atur kita.

I don’t care.

Ini hidup saya sendiri.

Ketika ada seseorang yang menyalahkan kita,

I don’t care.

Saya punya tanggung-jawab atas hidup saya sendiri.

Ketika seseorang memperdaya kita dan membuat kita berkecil hati,

I don’t care.

Saya akan hadir sebagai pengacara untuk diri saya sendiri.

Ketika orang lain tidak dapat memahami diri kita,

I don’t care.

Cukup saya mengerti diri dan hidup saya sendiri.

Tidak ada jaminan orang lain akan menghargai diri kita dengan bersikap penakut.

Ketika orang lain membuat kita merasa takut lewat intimidasi,

I don’t care.

Lebih baik disakiti,

Daripada menyakiti diri saya sendiri.

Ketika orang lain berbuat kejahatan terhadap kita,

I don’t care.

Merekalah yang berbuat kejahatan dan mewarisi perbuatan buruk mereka sendiri,

Bukan saya yang berbuat kejahatan.

Ketika orang lain tidak mampu menghargai kebaikan kita,

I don’t care.

Yang berbuat baik adalah diri saya,

Dan saya sendiri yang akan memetik buah manisnya dikemudian hari.

Ketika orang lain menuduh kita tanpa dasar dan memutar balik fakta,

I don’t care.

Fakta adalah fakta,

Semua terekam dalam Akashic Records.

Ketika orang lain menertawakan ketidakberuntungan kita,

I don’t care.

Kelak, orang lain yang akan menertawakan ketidakberuntungan mereka,

Ketika keberuntungan mereka telah menipis.

Ketika orang lain bersikap tidak adil kepada kita,

I don’t care.

Ciri-ciri seorang manusia menentukan nasib hidupnya,

Orang dengan ciri orang curang akan memiliki nasib hidup orang curang.

Ketika orang lain bersikap arogan dalam kesombongan atas kekuatannya,

I don’t care.

Cepat atau lambat mereka akan menua, sakit, dan meninggal dunia.

Kesombongan apa lagi yang akan mereka pamerkan ketika ajal menjemput mereka?

Orang-orang jahat tetap bisa hidup sampai tua tanpa celaka,

I don’t care.

Orang cerdas akan memilih untuk “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”,

Bukan sebaliknya.

Hidup sebatang kara,

I don’t care.

Kita lahir dan meninggal dunia juga akan seorang diri tanpa membawa serta siapapun,

Teman ataupun kerabat.

Dunia ini penuh orang jahat serta orang-orang dungu,

I don’t care.

Jika boleh memilih,

Lebih baik saya tidak pernah dilahirkan ke dunia manapun.

Dunia yang penuh “kejahatan yang lestari” ini, ciptaan siapa?

I don’t care.

Hercules dan Buddha sekalipun berani melawan Tuhan.

Ketika orang lain mengejek ketidakberdayaan kita,

I don’t care.

Mereka pikir mereka bisa berdaya menghadapi dewa pencabut nyawa dikemudian hari.

Ada orang super miskin dan ada orang super kaya,

Disparitas yang demikian lebar dan senjang,

I don’t care.

Semua orang pernah terlahir sebagai orang kaya maupun orang miskin di kehidupan-kehidupan sebelumnya.

Ketika orang lain bersikap tidak jujur kepada kita,

I don’t care.

Mereka tidak dapat berharap orang lain pun akan bersikap jujur kepada diri mereka.

Mereka bahkan tidak mampu bersikap jujur kepada diri mereka sendiri.

Yang hidup dari pedang,

Akan mati karena pedang.

Ketika orang lain menyebut kita sebagai pemarah,

I don’t care.

Si vis pacem para bellum.

Jika ingin hidup damai,

Bersiaplah untuk berperang.

Tidak ada yang lebih bodoh,

Daripada berupaya menyenangkan dan memuaskan semua orang.

Jadilah orang baik,

Namun tidak naif,

Dan “don’t waste time to prove it!”.

Beruntung atau tidak beruntung?

I don’t care.

Semua orang,

Termasuk pada makhluk dewata sekalipun,

Masih terbelenggu rantai karma,

Membuat semuanya terjebak dalam siklus tumimbal lahir,

Sebuah “never ending stories” yang menjemukan.

Kiamat segera tiba?

I don’t care.

Siapa juga yang menyuruh Tuhan menciptakan dunia ini?

Bukan agamais?

I don’t care.

Babi disebut “haram”.

Ideologi KORUP bagi KORUPTOR DOSA semacam “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN DOSA” disebut “halal”.

Demokrasi atau komun!s?

I don’t care.

Tidak penting kucing warna hitam ataukah warna putih,

Yang penting bisa menangkap tikus.

Disakiti, dilukai, dirugikan?

I don’t care.

Yang penting kita tidak menyakiti, tidak melukai, dan tidak merugikan diri kita sendiri.

Tidak takut?

I don’t care.

Yang menakutkan ialah menanam Karma Buruk,

Selebihnya tidaklah menakutkan.

Tidak tercela?

I don’t care.

Yang tercela ialah menanam Karma Buruk,

Selebihnya tidak dapat dicela oleh para bijaksanawan.

Langit akan runtuh?

I don’t care.

Dunia ini bukan milik saya dan tidak merasa perlu melekat pada dunia konyol ini.

“Agama DOSA” namun diberi label sebagai “Agama SUCI”?

I don’t care.

Sampah tetaplah sampah,

KORUPTOR DOSA tetaplah KORUPTOR DOSA,

“Kitab DOSA” tetaplah “Kitab DOSA” dimana pemeluknya ialah para pendosawan pecandu “PENGHAPUSAN DOSA”,

Apapun merek yang dilekatkan.

Orang dungu memilih pilihan dungu,

I don’t care.

Air secara alamiahnya memang mengalir ke arah bawah.

Tidak akan mau mendengarkan perkataan kita?

I don’t care.

Tulisan ini memang dibuat untuk diri saya sendiri.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.

Konsultan Hukum HERY SHIETRA & PARTNERS